Sejarah Masjid Kuno, Sebagai Pusaka Warisan Leluhur Masyarakat Desa Songak

- 12 Mei 2022, 01:01 WIB
Masjid Kuno Desa Songak. Kecamatan Sakra. Lombok Timur
Masjid Kuno Desa Songak. Kecamatan Sakra. Lombok Timur /Istimewa /

HAILOMBOKTIMUR - Masjid Pusaka ini adalah termasuk salah satu aset Desa Songak yang sekaligus merupakan kekayaan yang tiada ternilai harganya bagi Masyarakat desa Songak, bahkan bagi semua umat Islam di pulau lombok tercinta ini. mengapa demikian, sebab Masjid adalah rohmatalli’alamin, namun kenyataannya tidak lah demikian Masjid pusaka ini hanyalah rohmatallissonga’I  itupun hanya untuk sebagian kecil masyarakat songak. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kesadaran akan keutamaan Masjid. Kita bagaikan tak tahu diuntung, banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendatangi masjid padahal tidak ada diantara kita semua yang tidak tahu bahwa masjid itu  baitulloh (Rumah Alloh) yang semestinya kita senang  mendatanginya. namun kita dalam keadaan terbalik, malah kita semua  lebih senang mendatangi rumah para  pejabat agar mendapat sekedar sapaan dari sang pejabat sebagai pemilik rumah. sedangkan safaat ramah dari Alloh yang maha mulia tidak  pernah kita harapkan, ini adalah keadaan masjid secara umum,terlebih lagi Masjid Pusaka ini adalah peninggalan para  kiyayi yang mumpuni dibidang ilmu agama bahkan ada yang mengatakan  bahwa Ki Sanga Pati itu adalah sekelompok jamaah para Waliyulloh yang cukup takarrub kepada alloh azzawa jalla. 

Alkisah.

Setelah sekian lama desa ini sepi tanpa berpenghuni akibat dari tidak betah menjadi masyarakat yang di cap sebagai masyarakat leak. Pada ahir abad ketiga belasan sekitar tahun 1299 M datang lah sembilan orang  seperti orang kembar sembilan  yang menamakan dirinya Kisanga Pati merekalah  yang kemudian menjadi penghuni baru desa  sepi ini.,rupanya para wali memang sengaja mencari tempat yang jauh dari  keramaian, wajarlah  kiranya jika  bekas desa ini menjadi pilihan mereka sebab desa ini  sudah dijauhi penduduknya dan apalagi orang lain,pada waktu  itu konon tidak ada manusia yang berani melintasi desa kosong penghuni ini,walau sudah bertahun tahun sanga pati  tinggal ditempat ini barulah diketahui orang setelah tiba-tiba Masjid ini di bangun.oleh para wali.

Masjid ini dibangun sebagai tempat ibadah sekiligus sebagai tempat bersemedi dan orang yang membangun Masjid ini sembilan orang yang kemudian terkenal dengan sebutan Sanga Pati, tepatnya kira-kira sekitar tahun 1309 M. Konon Masjid ini dibungun tidak seperti layaknya membangun biasa, Para wali bekerja tidak sepert tukang rumah dengan menggunakan alat seperti palu pahat dan lain-lain,namun pembamgunan ini merupakan hasil semedi dari kesembilan wali ini,yang secara kebetulan sedang membuktikan  sebuah ilmu Laduni yang diperoleh bersama ,selama dalam persemediannya.Dengan kekuatan Batin  SangaPati konon  ada tujuh Masjid di Pulau Lombok yang dibangun dalam waktu yang bersamaan ditempat yang berbeda bahakan nyebar di seluruh pulau Lombok.

Demikianlah sedikit kisah Pembangunan  Masjid Pusaka yang sudah lama menjadi teka-teki tentang keberadaanya,diDesa Songak , Kini Desa Songak tidak lagi desa yang di takuti orang karena tidak lagi desa leak melainkan Desa Sanga Pati, Desa tempat berdirinya Masjid sebagai tempat ibadahnya semua umat Islam yang ada di lombok timur dan sekitarnya. Selanjut nya Masjid ini diyaqini oleh Masyarakat Songak sebagai tempat penyimpanan semua kekayaan Datu selaparang I ,sebagai mana sudah di singgung diatas.Juga Masjid ini oleh Masyarakat Songak dahulu,dijadikan  sebagai ajang pertahanan  dari serangan musuh baik secara per orangan maupun secara berkelompok.

Sebagai bukti sejarah mengenai penggunaannya sebagai tempat berlindung dari gangguan musuh, penulis mengulas sebuah kisah kegiatan yang oleh orang tua dulu di sebut Mangkat, Mangkat adalah sebuah ritual yang dilaksanakan ketika orang tua dulu akan berangkat berperang ketika diperitah datu sakra. Ketika akan berangkat perang para orang tua dulu senantiasa melaksanakan ritual in, deangan cara Semua yang akan berangkat sebagai Syuhada’ berkumpul dulu diMasjid pusaka ini, setelah kumpul barulah pemimpin membakar kemenyan ,Sang pemimpin duduk bersimpuh menghadap kearah mimbar dengan berdoa (doanya tidak bisa di share). 

Sehabis ber do’a barulah mengambil pelapah enau kecil kemudian di kalungkan keleher ,para hadirin  mengikuti apa yang dilakukan sang Imam setelah siap berkalung ujung pelapah eneu  sang pemimpin di ikuti berkeliling masjid sebanyak  tujuh kali putaran layaknya orang tawaf di baitulloh Sambil berjalan berputar dengan membawa kemenyan yang mengepul sambil terus sang pemimpin mengumandangkan do’a diatas, selesai ritual barulah boleh berangkat kemana  tempat yang ditunjukkan bagida datu. Bagi pasukan yang tidak mengikuti ritual tidak di perbolehkan ikut pergi berperang, jika dia tetap bersikeras dia harus bertarung dulu melawan pemimpin pasukan, jika diperbolehkan barulah bisa bergabung tetapi jika tidak diperbolehkan namun nekad, berarti dia akan terbunuh oleh musuh di medan perang, Selain dipergunakan sebagai tempat ritual Mangkat, Masjid pusaka ini juga di pergunakan sebagai tempat pengesahan minyak Ki Sanga pati yang sekarang terkenal dengan minyak songak setiap tanggal 12 Rabi’ul awwal setiap tahun dengan ritual mulut adat yang wajib dilaksanakan setiap tanggal kelahiran Nabi Muhammad s.a.w itu,.Mengenai bagaimana rituialnya akan dijelaskan pada judul tersendiri insya’alloh. 

Masjid pusaka ini sejak dahulu kala ,jika kita perhatikan dengan seksama se akan tidak pernah sunyi dari berbagai kegiatan masyarakat, baik yang sifatnya peribadi maupun yang bersipat kemasyarakatan,kita maswih jumpai kegiatan masyarakat setiap bulan Muharam Masyarakat secara bersama mengadakan ritual Bubur putiq (bubur yang terbuat dari ketan putih) setiap tanggal lima kadang tanggal sepuluh atau paling lambat tanggal lima belas Muharam. Selanjutnya pada bulan safar juga diadakan rituyal Bubur beaq  bulan berikutnya adalah bulan Mulut alias Bulan Rabi’ul awwal tentunya diadakan perayaan maulid adat sebagaimana telah di sampaikan diatas.Hanya ada tiga bulan berturut-turut Masjid ini sunyi dari kegiatan Kemasyrakatan,yang oleh  orang tua dulu menyebutnya bulan suwung.pada tiga bulan ini hanya ada kegitan biasa sebagaimana layaknya masjid pada umumnya .yaitu kegiatan setiap waktu setiap jumat dan setiap hari besar Islam lainya.

Demikianlah sekilas mengenai kegiatan Masyarakat Desa Songak dalam memfaatkan peneinggalan dari  sang Sanga pati yang namanya ter ukir indah pada sebutan nama de itu sendiri yaitu desa Songak.

Halaman:

Editor: Ihwan Aman

Sumber: Mastur, MA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x