Profil Singkat Kiyai Mursalin Sang Legenda Silat Nek Aing yang dijadian Sebuah Nama Jalan di Jakarta

- 23 Juni 2022, 20:41 WIB
Pulau panggang di wilayah Kepulauan Seribu Jakarta Utara banyak diminati wisaatawan pada liburan akhir pekan
Pulau panggang di wilayah Kepulauan Seribu Jakarta Utara banyak diminati wisaatawan pada liburan akhir pekan /maghfur/antara

HAILOMBOKTIMUR - Salah satu ruas jalan di Jakarta digantikan dengan nama tokoh legendaris asli Betawi. Pergantian nama itu menurut Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta sebagai bentuk apresiasi pemerintah ke para leluhur yang berkontribusi untuk Jakarta.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan resmi mengganti 22 nama ruas jalan di DKI Jakarta.

Anies Baswedan menilai mengganti nama jalan dengan tokoh Betawi merupakan hal menjunjung kearifan lokal dan meningkatkan jiwa nasionalisme.

Menurut Anies Baswedan, mengganti nama jalan dengan nama tokoh betawi adalah hal yang seharusnya dilakukan karena banyak tokoh-tokoh Betawi yang berperan besar terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.

Baca Juga: Mengenal Raden Ismail, Tokoh Betawi yang dijadikan nama Jalan di DKI

Salah satu ruas jalan yang berubah itu adalah jalan di Pulau Panggang diganti menjadi Jalan Kiyai Mursalin.

Berdasarkan hasil rangkuman Hailomboktimur yang dirangkum dari berbagai sumber, Kyai Mursalin bin Nailin merupakan tokoh Betawi yang akrab dipanggil Nek Aing. Ia juga dikenal sebagai ulama sekaligus jawara di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang.

Kyai Mursalin atau Nek Aing mewarisi ilmu pencak silat itu dari sang ayah. Metodenya dengan cara mengundang mengaji terlebih dahulu di mushala. Selepas shalat Isya mereka turun ke halaman untuk berlatih pencak silat.

Sebagai seorang ulama kharismanya sampai terdengar ke luar Pulau Panggang dan Kepulauan Seribu, banyak orang yang berasal dari darat (Jakarta, Banten dan Jawa Barat) ingin menimba ilmunya dengan menjadi santri.

Baca Juga: Anies Baswedan Desak Kepala Daerah Penyangga DKI Jakarta, Cabut Izin Perusahaan Penyebab Polusi Berlebih

Sebagai seorang jawara namanya cukup disegani, gaya pencak silatnya tidak seperti umumnya jawara silat yang didominasi oleh gerakan fisik, tapi lebih menekankan pada unsur pengolahan ilmu kebatinan Islam.

Pengalaman berinteraksi dan berguru kepada para pendekar dari Parung Sapi, Bogor, Banten, Betawi, Bugis, dan Mandar yang dijumpai di gugusan Kepulauan Seribu, telah memperkaya perbendaharaan ilmu pencak silat yang dimiliki Nek Aing.

Ia memformulasikan keilmuan pencak silat yang pernah dipelajarinya, termasuk ilmu pencak silat yang diwarisi keluarganya dari Bogor. Maka terciptalah ilmu pencak silat aliran baru yang menekankan pada olah batin, pernapasan, dan ilmu hikmah yang dibangun dari rangkaian gerak fisik.

Pencak Silat Nek Aing pada awalnya digunakan untuk sarana berdakwah di pulau-pulau terpencil di Kepulauan Seribu, disamping sebagai alat menjaga diri dari gangguan perompak dan bajak laut di perairan Jawa..

Siapa saja yang ingin mempelajarinya, harus mendalami agama Islam terlebih dahulu, misalnya mempelajari Sifat Dua Puluh dan Asmaul Husna.

Pencak silat Nek Aing Aing di Pulau Panggang kini hanya sedikit yang melestarikannya, itupun tidak lagi membuka penrguruan secara umum. Murid-murid yang dulu sempat belajar langsung dengan Nek Aing dan pernah mengajar kini sudah banyak yang wafat.

Demikian profil singkat Kiyai Mursalin, salah satu tokoh Betawi yang dijadikan nama ruas jalan di Jakarta.***

Editor: Amak Fizi

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah