Profil Singkat Guru Ma'mun, Tokoh Betawi Si Singa Podium yanh Diabadikan Menjadi Nama Jalan Ibu Kota Jakarta

24 Juni 2022, 13:42 WIB
22 Nama jalan baru di DKI Jakarta dengan menggunakan nama tokoh Betawi. /pexels.com/Alifia Harina

HAILOMBOKTIMUR - Ruas Jalan Rawa Buaya berganti dengan nama Jalan Guru Ma'mun. Pergantian nama itu disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa waktu lalu.

Pergantian nama Jalan Rawa Buaya itu disambut baik masyarakat, bahkan dari beberapa sumber menuturkan masyarakat sekitar memang sengaja berkeinginan untuk mengganti nama Jalan Rawa Buaya menjadi Jalan Guru Ma'mun.

Semasa hidupnya Guru Ma'mun merupakan tokoh alim ulama yang ada di RW 01, dan beliau adalah sosok ulama yang diteladani oleh masyarakat di Rawa Buaya.

Menurutnya, masyarakat memang sengaja berkeinginan untuk mengganti nama Jalan Rawa Buaya menjadi nama beliau, karena Guru Mamun adalah sosok teladan.

Baca Juga: Profil Singkat Kiyai Mursalin Sang Legenda Silat Nek Aing yang dijadian Sebuah Nama Jalan di Jakarta

Alasan lain adalah supaya generasi-generasi selanjutnya mengenal sosok Guru Ma'mun.

"Beliau itu guru yang sangat luar biasa. Tipikal yang kalem dan tenang. Sosok yang perhatian kepada lingkungan," ujar Sahri.

Sahri menceritakan, walaupun sudah dianggap sebagai tokoh ulama yang sangat dijadikan teladan, namun Guru Ma'mun tetap mau mengunjungi warga masyarakat sekitar.

Berdasarkan pantauan, lokasi Jalan Guru Ma'mun tidak jauh dari Halte Jembatan Baru.

Halte tersebut berada di Jalan Daan Mogot, RT 06 RW 01, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.

Tepat di depan Halte Jembatan Baru, terdapat gang yang cukup lebar. Di situlah Jalan Guru Ma'mun berada.

Baca Juga: Mengenal Raden Ismail, Tokoh Betawi yang dijadikan nama Jalan di DKI

Profil singkat Guru Ma'mun

Untuk diketahui nama asli Guru Ma'mun adalah Abdurrazak Makmun adalah KH Abdurrazak bin Makmun. Ia lahir pada 1916, ia merupakan cucu dari Guru Mughni ulama besar Kuningan, Jakarta Selatan dari garis ibu.

Salah satu kiprah Guru Abdul Razaq semasa hidupnya adalah mendirikan Madrasah Raudhatul Muta’ allimin dengan berbadan badan hukum yayasan.

Kisah pendirian madrasah bermula dari kepulangan Guru Ma'mun dan dua tokoh Betawi mengikuti Mu‘tamar Nahdhatul Ulama yang diadakan oleh PBNU di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Dalam Mu'tamar itu, mereka dimandatkan untuk mengembangkan agama, bangsa dan negara lewat jalur pendidikan. Itikad baik itu tentu disambut baik masyarakat, pengusaha dan para kiai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Selain tersohor sebagai pendiri madrasah, Guru Abdurrazak juga dikenal sebagai 'singa podium'. Namanya akrab di kuping hampir seluruh penduduk Betawi kala itu.

Kiprahnya mulai dikenal orang ketika pada dekade 1950-an dan 1960-an, ia menjadi penceramah utama di Kwitang, di majelis Habib Ali Kwitang, sehingga menjadi kesayangan Habib Ali Kwitang.

Editor: Amak Fizi

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler