Jalan Berliku PSN Rempang Eco City, Wujudkan Pembangunan Nasional

- 30 September 2023, 20:18 WIB
Ilham Pangumbara/Mahasiswa Pascasarjana Universitas  Al Azhar Indonesia
Ilham Pangumbara/Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al Azhar Indonesia /Dok/Gia (ist)

Mendadak muncul isu SARA, ditunggangi?

Saat tanggal 7 September 2023 terjadi aksi penolakan dari tokoh masyarakat yang mengatasnamakan Lembaga adat / Pemuda melayu yang menggelar aksi unjuk rasa di jembatan Barelang IV, Batam. Masyarakat tersebut menutup akses jalan, untuk menghadang petugas melakukan patok tanda batas di lokasi Pembangunan Rempang Eco-City. Gas air mata secara terpaksa ditembakkan oleh petugas kepolisian, karena situasi penyampaian pendapat sudah mengarah pada Tindakan anarkisme. Terdapat parang, Bom Molotov dan pecahan kaca.

Dampak pedih gas air mata bagi warga sekitar cukup terasa, walau faktanya lokasi unjuk rasa dengan pemukiman berjarak 14 km. Mungkin benar adanya, bahwa gas air mata terbawa angin. Insiden ini menyulut emosi bahkan memancing polemik dari masyarakat Indonesia lainnya. Karena pemberitaan atas insiden ini, cepat tersiar. Padahal hari-hari sebelumnya, di wilayah Rempang dan sekitarnya memiliki akses yang terbatas pada signal internet. Namun saat konflik horizontal ini terjadi, video amatir dari mewarnai jagad pemeberitaan.

Semula hanya menjadi perhatian bagi warga Rempang, sejak saat itu isu Rempang telah menjadi bola liar yang belakangan banyak dimanfaatkan oknum-oknum tertentu, yang ingin memecah belah bangsa dengan memunculkan nuansa kebencian. Pertanyan yang timbul, mengapa ledakan besar (konflik) itu dihembuskan di tanggal 7 september 2023?

Secara bersamaan, waktu tersebut adalah hari terakhir perhelatan Internasional KTT Asean di Gelora Bung Karno digelar. Semoga hanya kebetulan semata.

Baca Juga: Food Vlogger Codeblu Laporkan Kasus Doxing ke Pihak Berwajib

Selanjutnya, kelompok masyarakat kembali menggelar aksi serupa pada tanggal 12 September 2023. Karena potensi kerusuhan telah dideteksi petugas keamanan, terpaksa sebanyak 43 oknum perusuh diamankan pasca aksi bentrok terjadi, beberapa diantaranya positif narkoba. Banyak yang terlibat dalam aksi ini, namun bukan berasal dari warga setempat. Ada yang sengaja datang dari Pontianak, Medan, Batam, Madura, Flores dan daerah lainnya. Apakah mereka adalah penghuni atau bagian dari kelompok warga Tempatan? Semoga hanya bagian dari aksi solidaritas, bukan atas perintah atau instruksi dari pihak manapun.

Gerakan massa atas penolakan Pembangunan Rempang Eco-city semakin menjadi. Penolakan di Jakarta oleh ormas berbasis agama muncul pada 20 September 2023 atau Gerakan 209. Ada kelompok-kelompok kecil mengatasnamakan pemuda dan mahasiswa ikut bersuara menolak PSN Rempang, nebeng eksistensi. Muncul demonstrasi di Bogor, di Bandung, di Kalimantan dan bahkan kota lainnya. Sah dan semua dilindungi undang-undang, atas nama kebebasan berserikat dan berpendapat. Yang menjadi masalah adalah saat muncul narasi bersifat rasialis. Muncul isu SARA. “Pembangunan Rempang Menghilangkan Suku Melayu”, “Pengusaha Cina Menguasai Rempang”, “Investasi China Melanggar HAM”, “Pribumi dan non-Pribumi” dan yang terburuk membawa agama ke pusaran konflik Rempang. Ironis. Siapa yang menggiring narasi ini ?

Siapa yang sengaja menciptakan Gerakan penolakan berbasis SARA? Semoga bukan dari calon politisi yang akan berlaga di wilayah Rempang, yang semata-mata hanya mencari popularitas. Atau ada campur tangan dari negara lain. Sekali lagi, semoga saja bukan.

Peningkatan Lapangan Kerja
Betapun, penduduk sejak tahun 2000an telah keliru memanfaatkan lahan milik negara (mengalihfungsikan kawasan taman hutan buru/hutan konservasi) untuk mencari manfaat pribadi atau kelompok tertentu. Diyakinkan pemerintah ataupun pengembang yakni PT MEG tak akan serta merta menghilangkan mata pencaharian mereka saat ini juga. Justru mereka dengan tangan yang terbuka, memberi ruang seluas-luasnya bagi warga setempat (khususnya) untuk dapat bergabung menjadi bagian dalam pembangunan PSN Rempang Eco City. Sambil menunggu rencana pembangunan dilaksanakan, nelayan yang biasa melaut, petani dan peternak yang saat ini bermukim di kawasan Rempang ini, masih tetap dipersilakan beraktivitas dan bekerja seperti biasa. Dengan catatan, warga berkenan untuk direlokasi dan segera melakukan pendaftaran.

Halaman:

Editor: Ihwan Aman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah