Nanoteknologi dan Revolusi Pembelajaran IPAS di Kurikulum Merdeka

- 20 November 2023, 12:10 WIB
Imam Samodra, Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UNS, Guru Kimia SMA ABBS Surakarta
Imam Samodra, Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UNS, Guru Kimia SMA ABBS Surakarta /

Oleh: Imam Samodra, Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UNS, Guru Kimia SMA ABBS Surakarta

HAILOMBOKTIMUR - Di ambang pintu revolusi industri keempat, kita berdiri di tepian sebuah era baru: era nanoteknologi. Teknologi ini, yang beroperasi pada skala satu miliar meter, tidak hanya mengubah cara kita memandang materi tetapi juga potensi kita dalam memanipulasinya. Dari layar ponsel yang lebih tahan lama hingga obat kanker yang lebih terarah, nanoteknologi telah meretas batas-batas ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita siap untuk menyambut dan mengintegrasikan keajaiban mikroskopis ini ke dalam benak generasi muda kita melalui pendidikan, khususnya dalam kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)?

Nanoteknologi, sejak diperkenalkan oleh fisikawan terkenal Richard Feynman dalam kuliahnya "There's Plenty of Room at the Bottom" pada tahun 1959, telah berkembang pesat. Istilah Nanoteknologi pertama kali diresmikan oleh Prof Norio Taniguchi dari Tokyo Science University, Japan pada tahun 1974. Istilah tersebut tercantum dalam makalahnya yang berjudul “On Basic Concept of ‘Nano-Technology”, “Proc. Intl Conf. Prod. Eng. Tokyo, Part II, Japan Society of Precision Engineering, 1974”. Hari ini, kita melihat aplikasinya dalam berbagai bidang, mulai dari drug delivery (pengiriman obat)  yang presisi hingga pembuatan baterai yang lebih efisien. Di laboratorium penelitian terdepan dunia, nanoteknologi telah menjadi kunci untuk membuka potensi material baru yang dapat mengubah wajah energi, kesehatan, dan elektronik.

Di Indonesia, nanoteknologi masih dalam tahap pertumbuhan. Meskipun saat ini ada inisiatif dari pemerintah dan beberapa universitas terkemuka, kita masih berusaha menyusul negara-negara yang telah lama berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan nanoteknologi. Namun, potensi untuk pertumbuhan ada di sana. Dengan kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman biologis, Indonesia berada dalam posisi yang unik untuk memanfaatkan nanoteknologi dalam bidang seperti energi terbarukan dan medis.

Kurikulum Merdeka, yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menawarkan kesempatan emas untuk menyematkan materi nanoteknologi dalam pembelajaran IPAS. Dengan fokus pada pengembangan kompetensi dan keterampilan abad ke-21, kurikulum ini dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan siswa pada konsep-konsep nanoteknologi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa sekolah di Indonesia, yang telah melaksanakan kurikulum merdeka, kini mulai mengambil langkah progresif dengan mengajarkan nanoteknologi ke dalam kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya untuk mensinkronkan pendidikan dengan kemajuan teknologi terkini, serta mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Sebagai contoh konkret, SMA ABBS Surakarta telah menjadi pelopor dalam penerapan pendekatan ini. Sekolah ini telah mengembangkan proyek-proyek berbasis nanoteknologi yang dirancang khusus untuk mengajarkan konsep-konsep fundamental dalam Pembelajaran IPAS. Di mapel IPAS, materi tentang nanopartikel telah membuka jalan bagi eksplorasi yang lebih mendalam tentang ikatan kimia dan reaksi kimia. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen yang menunjukkan bagaimana nanopartikel bereaksi dan berinteraksi dengan berbagai zat kimia. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang teori kimia, tetapi juga menginspirasi mereka untuk memikirkan aplikasi praktis dari konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajaran nanoteknologi dalam kurikulum IPAS juga membantu mengembangkan keterampilan penting seperti pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan inovasi. Siswa diajak untuk tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga menerapkannya dalam proyek-proyek nyata yang menantang mereka untuk berpikir di luar kotak. Ini membuka mata mereka terhadap potensi nanoteknologi dalam berbagai bidang, mulai dari pengembangan material baru hingga solusi untuk masalah lingkungan.

Langkah SMA ABBS Surakarta ini merupakan contoh bagaimana pendidikan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan mengintegrasikan nanoteknologi ke dalam kurikulum, tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, tetapi juga mempersiapkan siswanya untuk menjadi pemimpin dan inovator di masa depan. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana pendidikan dapat menjadi lebih relevan dan menarik bagi generasi muda, sekaligus memberikan mereka alat yang diperlukan untuk sukses dalam dunia yang terus berubah.

Halaman:

Editor: Amak Fizi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x