Masih kata dia, setiap kali acara World Superbike atau MotoGP berlangsung di Mandalika, petani dan nelayan pribumi yang terus tinggal di sekitar arena sirkuit telah menjadi sasaran pengerahan pasukan militer dan polisi yang berat, yang telah membatasi pergerakan mereka, mencegah mereka memperjuangkan hak-hak mereka atas tanah dan mata pencaharian mereka. Bahkan menahan anggota masyarakat karena mengkritik sikap keras militer.
Pasukan keamanan Indonesia telah berkemah di desa-desa dan berusaha masuk ke rumah-rumah warga yang masih bertahan di sekitar sirkuit untuk memaksa mereka agar menyerahkan tanah leluhur mereka
Sejak acara balap internasional terakhir, lanjut dia, petani dan nelayan rentan yang terus tinggal di sekitar arena pacuan kuda telah dikunjungi pada tengah malam oleh satuan tugas pembebasan lahan, yang dipimpin oleh aparat keamanan Indonesia, dan diintimidasi untuk menerima kompensasi, dan meninggalkan rumah mereka, tanah, dan mata pencaharian.
Ada ancaman nyata bahwa masyarakat adat akan terus diintimidasi dan digusur untuk membuka lebih banyak lahan di sekitar Sirkuit Jalan Internasional Mandalika
Arena balap sepeda motor tidak boleh menghancurkan seluruh masyarakat adat atau mengusir mereka dari tanah leluhur mereka dan semakin memiskinkan mereka dengan menghilangkan sumber mata pencaharian mereka di laut dan di daerah pesisir, serta di lahan pertanian di Mandalika, Lombok.