Kenali Gejala Kusta! Deteksi dan Tatalaksana Dini Mencegah Kecacatan

- 15 Januari 2024, 13:22 WIB
 Kusta, Penyakit Menular yang Kerap Didengungkan Dalam Sejarah Peradaban di Masa Lampau
Kusta, Penyakit Menular yang Kerap Didengungkan Dalam Sejarah Peradaban di Masa Lampau /

HAILOMBOKTIMUR - Banyak masyarakat Indonesia hingga saat ini belum memahami apa itu penyakit kusta, sehingga stigma di masyarakat terhadap penyakit kusta masih ditemukan. Hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini, sehingga menjadikan kusta termasuk ke dalam kelompok penyakit tropis terabaikan (neglected tropical disease).

 

Menurut dr. Euis Mutmainnah, Sp.KK, FINSDV dari RSUP Persahabatan, Kusta atau yang dikenal juga dengan nama lepra, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang umumnya awalnya mengenai saraf tepi, lalu menyerang kulit, dan dapat mengenai organ lain seperti saluran napas bagian atas, mata, otot, tulang, namun tidak mengenai susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. 

 

"Kalau dalam istilah kedokteran dinamakan Morbus Hansen atau penyakit Hansen," katanya seperti dikutip dari website rsuppersehabatan.co.id, Senin 15 Januari 2024. 

 

 

Dikatakannya, kusta memang menyerupai banyak penyakit kulit lainnya. Biasanya akan ditemukan bercak di kulit, dapat datar atau meninggi, dapat kering atau mengkilap. Khasnya ialah baal atau mati rasa. Jadi bercak tersebut tidak ada rasa gatal ataupun rasa nyeri. Kulit menebal juga seringkali terlihat di daun telinga. Karena penyakit ini mengenai saraf tepi, jadi bisa disertai sering kesemutan atau juga mati rasa di tangan dan kaki, kelemahan jari-jari atau tangan kaki, hingga jari kiting atau bengkok. 

 

Pada kusta juga dapat terjadi reaksi kusta, kata dia, ditandai dengan bercaknya makin menebal kemerahan dan bertambah banyak dalam waktu cepat atau timbul benjolan nyeri di kulit. Masalah lain yang dihadapi penderita kusta adalah diskriminasi pada penderita kusta, hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis.

 

 

"Kusta ini disebabkan oleh bakteri yang namanya Mycobacterium leprae. Bakteri ini sifatnya tahan asam, dan lebih suka hidup di lokasi yang dingin. Oleh sebab itu, di kulit umumnya banyak ditemukan di daun telinga, cuping hidung, tonjolan tulang pipi, alis, dagu. Pada penderita kusta dengan kuman yang banyak, dapat terjadi perubahan bentuk wajah," ujarnya

 

 Baca Juga: Satu Warga Binaan Lapas Selong Dinyatakan Positif Kusta, Sudah Jalani Pengobatan

 

Karena kusta merupakan penyakit infeksi, maka dapat menular. Akan tetapi, bisa dikatakan bahwa kusta ini penyakit infeksi yang penularannya tidak mudah, perlu kontak erat yang lama. Dari 100 orang yang kontak dengan penderita kusta, hanya 5 persen atau 5 orang yang ada kemungkinan terinfeksi. Kemudian dari 5 persen orang ini 70 persennya dapat sembuh sendiri, dan pada akhirnya hanya 30 persen yang bergejala. 

 

"Jadi dari 100 orang yang kontak, kemungkinan hanya 1-2 orang saja yang akhirnya bergejala kusta. Masa inkubasi kusta dapat lama bisa 40 hari hingga 40 tahun. Jadi dari kontak bisa baru timbul gejala bertahun-tahun kemudian," ungkapnya

 

 

Penyakit kusta ini dibedakan menjadi beberapa tipe. Sederhananya terbagi menjadi kusta kering atau tipe tuberkuloid dan kusta basah atau tipe lepromatosa. Terbagi juga menjadi yang kumannya sedikit atau pausibasiler dan kumannya banyak atau multibasiler. Kalau kecacatannya terbagi atas derajat 0, 1, dan 2.

 

 

 

Kapankah kita perlu berobat? Jika memiliki bercak kulit yang mati rasa, tidak ada gatal, tidak ada nyeri, sudah diobati tidak kunjung sembuh, atau gejala saraf yang telah disebutkan sebelumnya sebaiknya diperiksakan ke dokter. Dokter nanti akan memeriksa kulit dan saraf tepinya. Untuk mendeteksi bakterinya, dilakukan pemeriksaan apusan kerokan jaringan kulit. Selanjutnya dokter akan menentukan tipenya apakah termasuk pausibasiler atau multibasiler, dan juga tipe sesuai bentuk dan penyebaran lesinya. Akhirnya akan diberikan obat yang sesuai serta penjelasannya.

 

 

 

Pada prinsipnya pengobatan kusta menggunakan kombinasi beberapa macam obat atau disebut multidrug therapy tujuannya agar lebih efektif dan menghindari resistensi atau kebal obat. Obat tersedia dalam bentuk blister atau papan terdiri atas 3 macam obat, dapat diambil pasien setiap bulannya secara gratis di puskesmas atau rumah sakit yang menyediakan. Untuk tipe pausibasiler pengobatan selama 6-9 bulan, sementara yang multibasiler selama 12-18 bulan. Jika ada reaksi kusta maka akan diberikan pengobatan reaksi oleh dokter. Operasi umumnya dilakukan untuk memperbaiki kecacatan yang telah terjadi.

 

 

 

Dengan mengenali gejala dan tatalaksana sejak dini, kusta dapat sembuh. Kerusakan saraf yang masih dapat diperbaiki umumnya jika tertangani dalam kurun waktu 6 bulan sejak awal gejala saraf. Namun, jika lebih dari waktu tersebut biasanya akan ada kerusakan permanen. Vaksin untuk saat ini belum ada. Akan tetapi untuk pencegahan dapat diberikan obat profilaksis, terutama diberikan pada nara kontak atau individu yang sering kontak dengan penderita, misalkan orang serumah. Oleh sebab itu, penting sekali mengenali gejalanya dan memeriksakan segera ke dokter. Yuk kenali gejala kusta, deteksi dan tatalaksana dini mencegah kecacatan.***

 

 

 

Editor: Ahmad Riadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x