Geliat Sastra Dalam Kacamata Milenial

- 28 Juli 2022, 10:56 WIB
Milenial dalam pagelaran sastra di Lombok
Milenial dalam pagelaran sastra di Lombok /

Kekuatan sastra bukan terletak pada satu dua susunan katanya tapi bara api yang berkobar di dada penikmatnya yang memberikan semacam suplemen tambahan

 

Membaca karya sastra berupa novel semisal Tambora 1815 (Paox Iben), Namaku Merah (Orghan Pamuk) atau Larasati (Pramoedya Ananta Toer), menggiring kita pada sebuah ekspedisi nalar, imajinasi serta cakrawala dunia tanpa batas bagaimana menemukan variabel baru yang coba di tampilkan dari penggalan masalalu, bahwa masa lalu adalah masa depan "There are something new under the sun".

 

Lalu pelan namun pasti simpul-simpul itu tergapai lantas sampailah kita pada fase refleksi dasar pada diri kita sendiri, sudah sejauh manakah kita kayuh lautan samudra kehidupan ini, kemandirian nilai-nilai kebaikan dan estetika yang mampu kita capai. 

 

Sebagai samudera yang senantiasa terlibat dipenggambaran dan perhelatan sistem bermasyarakat yang majemuk kian konvensional meliputi sistem pemerintahan, ritus hingga pelayanan publik yang berkeadilan.

 

Watak sastra yang mengungkungi ruang dan waktu, dengan sendirinya bersifat dinamis bukan statis membuat sastra tak bisa dipenjara. Dunia kesusastraan tak boleh nyaman dalam gendongan nina bobok kaum pemimpi semata yang menjadi benalu mengakibatkan sastra menjadi lumpuh.

 

Halaman:

Editor: Ihwan Aman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah