Hujan Vs Faskes Taki

- 12 Desember 2022, 22:34 WIB
Penulis: Dr. Mugni, M.Pd.,M.Kom. (Direktur Politeknik Selaparang Lombok)
Penulis: Dr. Mugni, M.Pd.,M.Kom. (Direktur Politeknik Selaparang Lombok) /

HAILOMBOKTIMUR - Teori di Sekolah Dasar mengaskan bahwa Nusantara memilki 2 musim, yakni musim hujan dan musim panas. Untuk itu tumbuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada negera-negara yang bermusim 4 banyak tumbuh. Ini menjadi salah satu alasan Bumi Nusantara dikolinialisasi oleh negara-negara bermusim 4 baca Bangsa Eropah. Empat musim yakni musim panas, hujan, semi, dan musim gugur.

Dua musim di nusantara diteorikan dengan limit waktu April-Oktober musim hujan dan Oktober-Juli musim panas. Apakah teori ini konsisten? Tentu tidak valid 100 persen, karena kebenaran ilmiah itu rekatif. Sering kali sampai bulan Juli juga ada hujan di nusantara. Limit waktu ini menjadi acuan bagi warga negara mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang berpotensi terjadi pada musim bersangkutan.

Tahun 2022 ini teori di Sekolah Dasar untuk mulai musim penghujan seperti valid karena sejak Oktober hujan sudah mulai turun. Bahkan telah menelen korban di berbagai daerah, seperti di Sulawesi Selatan, Aceh, dan lain-lain telah terjadi banjir yang menenggelamkan banyak harta benda. Di Lombok Timur ada banjir di Tanjung Luar, dan Kecamatan Sikur tanggul dan Ulem-Ulem Desa Tetebatu Jebol. Akses jalan yang melintasi tanggul dan tidak bisa lagi dilalui oleh kendaraan. Tentu Pemerintah Daerah dengan sigap mengatasi persoalan tersebut untuk akses mobilitas masyarakat sekitar untuk terus bergeraknya perekonomian masyarakat.

Tiap kali musim hujan tiba dapat dipastikan jalan menjadi becek. Suasa becek tersebut, lebih-lebih pada wilayah yang kontur tanahnya tanah liat maka dapat dipastikan tanah akan ada yang melekat dialas kaki. Bila alas kaki dibawa naik ke ruang atau fasilitas publik pasti akan menjadikan lantai semakin kotor. Kotor yang disebabkan oleh alas kaki pasca hujan pasti waktu membersihakan lebih lama. Bahkan bisa jadi harus dibersihkan dengan air baru menjadi bersih.

Ruang/fasilitas publik seperti Kantor Pemerintah, Sekolah, fasilitas kesehatan (faskes), dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas ini tentu harus dijaga kebersihannya. Tapi peluang kotornya di musim hujan semakin besar karena banyak orang datang untuk mendapat pelayanan. Untuk sekolah mungkin dapat diantisipasi kerena jumlah yang akan datang dapat dipastikan sejumlah warga sekolah yang terdaftar. Paling-paling bertambah dan berkurang 5-10 persen. Alas kaki yang membawa tanah kotor/becek bisa diantisipasi dengan masang keset di tiap pintu masukpol? Pertanyaannya, apakah semua yang datang tertib memastikan alas kakinya tidak lagi membawa tanah karena sudah dibersihkan dengan keset? tentu tidak.

Untuk ruang publik lainnya termasuk faslitas kesehatan (faskes) seperti puskesmas, rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan tentu jumlah masyarakat yang akan datang tidak bisa terantisipasi, bisa banyak dan bisa sedikit. Tetapi pada umumnya di musim hujan banyak penyakit musiman yang muncul seperti diare, deman berdarah, gatal-gatal dan lain-lain. Penyakit-penyakit ini dipicu oleh lingkungan yang kotor. Untuk itu faskes harus menjadi teladan dalam urusan bersih. Jangan lagi ada kotor yang disebabkan oleh alas kakinya keatas. Saatnya melaksankan Faskes Taki (Fasilitas Kesehatan Tanpa Alas Kaki).

Fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan klinik-klinik harus memulai melarang seluruh yang datang ke fasilitas kesehatan tidak boleh memasukkan alas kakinya atas bangunan faskes. Harus buka seperti naik di masjid, musholla. Tentu aturan ini bukan hanya berlaku bagi pengunjung tetapi juga bagi Nakes, (Tenaga Kesehatan). Bila ada yang harus makai alas kaki maka harus disediakan alas kaki hanya untuk digunakan di dalam ruangan. Bila kebijakan ini mau dilakukan maka pasti fasilitas kesehatan akan tetap bersih. Para CS (Cleaning Service)/ OB (Office Boy) bisa kerjakan yang lain, misalnya menata taman, menyiram, dan lain-lain karena dapat dipastikan bila kebijakan dilaksanakan para Cleaning Service cukup membersihkan lantai sekali dalam sepekan. Bila ada kertas satu dua yang dibuang sembarangan tinggal pungut saja sambil jalan.

Manfaat lain dari kebijakan ini selain bersih adalah dapat mengontrol pengunjung dengan ketat karena mereka akan masuk dan keluar dari satu pintu sekiranya faskes itu punya pintu keluar masuk lebih dari satu. Disamping itu, jumalah pengunjung jaga dapat dideteksi dari jumlah alas kaki. Untuk bisa mendeteksi maka perlu dibuat tempat alas kaki di kiri kanan pintu masuk. Alas laki dapat disusun dengan rapi oleh yang punya di bawah pengawasan petugas keamanan dari faskes. Barang kali ada yg bilang nanti alas kaki akan hilang. Inilah tantangan harus diatasi dengan terus memberikan edukasi kepada masyarakat. Alas kaki belum ada hasil riset yang menunjukan bahwa yang memakainya di fasilitas-fasilitas publik menjadikan pemakainya sehat, disiplin, pintar dan berkinerja.

Membuka alas kaki untuk masuk pada ruang-ruang publik telah dimulai di Lombok Timur dengan dicanakan Gema Haji oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur. Gerakan Membiasakan Anak Sholat Dhuha dan Mengaji (Gema Haji) adalah satu inovasi dan kreasi jajaran Dikbud Kabupaten Lombok Timur untuk meredesain kurikulum dalam implimentasi kurikulum merdeka belajar. IKM bertujuan membentuk pelajar Pancasila.

Halaman:

Editor: Ahmad Riadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah