Dilema Mahasiswa Baru! Terlanjur Lulus, Tapi UKT Mahal, Memilih Berhenti Saja, Atau Lanjut Kuliah?

- 27 Juli 2022, 19:57 WIB
Penulis: Najamudin M. Lobang
Penulis: Najamudin M. Lobang /Dok/gia

Muncul sebuah pertanyaan, berapa harga kampus?

Jika pertanyaan ini terus saja muncul, maka kampus yang bersangkutan bersedia untuk menerima akibatnya berupa penurunan great mulai dari mutu kualitas hingga kuantitas.

Hal demikian terjadi karena yang pertama, secara kualitasnya menjadi tanda tanya besar bahwa apakah kampus hanya mementingkan lembaran-lembaran kertas berangka (uang) daripada menjamin mutu berupa kualitas dari mahasiswa yang memilih kampus tersebut?

Atau mahasiswa baru akhirnya berpikir bahwa jika fasilitas dan tenaga kependidikan itu bisa dibayar oleh mereka agar bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbeda dari mahasiswa-mahasiswa pada tahun-tahun sebelumnya, maka lebih baiknya pindah kampus lain yang jauh beda mutunya dan murah biaya perkuliahannya. Jelas pada saat itu mutu kuantitas dari kampus tersebut ikut menurun drastis.

Perbedaan pandangan mengenai kualitas dan kuantitas kemudian menjadi pembanding antara kampus satu dengan kampus yang lain tidak terlepas dari jenis kampus negeri atau swasta.Perbandingan-perbandingan ini terjadi karena masing-masing kampus selalu menawarkan branding untuk menarik minat para calon mahasiswa baru.

Namun sayangnya jika branding yang ditawarkan adalah jumlah biaya UKT menjadi tolak ukur kemajuan sebuah kampus, maka justru itu menjadi tanda bahwa kampus tersebut tidak layak untuk dihuni karena semata-mata menarik minat demi meraup materi (uang) serta kapasitas dan kualitas menjadi sebuah keraguan bagi khalayak umum. Sebab pihak kampus sendiri tidak menelisik lebih jauh latar belakang keadaan para mahasiswa yang menjadi peminatnya.

Sehubungan dengan itu, solusi terbaik dari mahasiswa adalah memilih untuk lanjut dengan catatan benar-benar serius mendapatkan ilmu pengetahuan dan siap dalam beberapa tahun kedepan demi membahagiakan keluarga yang telah berkorban agar bisa menikmati pendidikan.

Dibandingkan pihak-pihak lain yang mungkin ingin sekali merasakan bagaimana mendapatkan pendidikan layak seperti orang lain pada umumnya, namun hal itu tidak bisa tercapai karena ketidakmampuan untuk sebuah kemauan. Terutama kemauan dalam berpendidikan.

Atau mungkin mahasiswa yang UKT-nya mahal, memilih untuk pindah atau menunda, bahkan berhenti di awal jalan. Tentu ini merupakan hal yang tidak diinginkan, namun pasti saja akan terjadi. Maka pihak mana yang mau disalahkan? Pihak kampus yang biaya UKT-nya mahal? Atau justru salah mahasiswa itu sendiri mengapa memilih kampus yang UKT-nya mahal?. Pertanyaan-pertanyaan ini terus hadir menghantui pikiran semua pihak. Sampai kapan pendidikan ditindas dengan harga UKT yang begitu kejam?

Paling berbahayanya adalah ketika “lembaga kampus dijadikan sebagai ladang bisnis bagi kaum-kaum yang rakus akan materi”. Akibat buruk dari tingginya harga UKT adalah “ketika yang berpendidikan hanyalah orang-orang yang memiliki ekonomi tinggi”. Disinilah letak kebobrokan dan kehinaan kampus yang awalnya dianggap sebagai tempat untuk melawan kebodohan dan ketertinggalan, namun justru kini menghadirkan penindasan-penindasan baru.

Halaman:

Editor: Ihwan Aman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah